Anjing Jindo atau jindo (jindotgae) adalah anjing asli Korea
yang berasal dari Jindo (Pulau Jin), pesisir barat laut Korea Selatan.
Jindotgae menjadi trah yang murni sejak lama karena isolasi
geografi Pulau Jin dari daratan utama dan merupakan salah satu dari 3 anjing
asli Korea di samping sapsal dan pungsan.
Anjing Jindo |
Walau tidak diketahui, namun ada 3 teori yang mengenai asal
usul jindo: pertama, diperkenalkan oleh para pedagang Cina terdampar di Pulau
Jin pada zaman Tiga Kerajaan Korea; kedua, keturunan anjing pemburu yang dibawa
oleh orang Mongol pada zaman Dinasti Goryeo; ketiga, dibawa dari Mongolia
sebagai anjing penjaga peternakan kuda pada zaman Dinasti Joseon.
Pada tahun 1938, pemerintah Korea menyatakan jindo sebagai
harta negara.
Ukuran jindo sedang dengan jantan memiliki tinggi maksimal
rata-rata 55-60 cm dan betina rata-rata 45-50 cm.[4] Dapat hidup hingga 12-15
tahun. Perangai tampak tenang dengan bulu panjang berwarna coklat terang,
putih, kuning, merah, merah-putih, hitam, hitam-cokelat, dan belang. Wajah oktagonal
jika dilihat dari depan dengan telinga berbentuk segitiga yang mengarah ke
depan. Struktur punggung dan dada kuat. Ekor mulai bergerak-gerak setelah 5
bulan dilahirkan.
Karakternya cerdas, kuat, ceria, antusias, mandiri, setia
pada majikan dan tempat ia dibesarkan, namun juga agresif, keras kepala dan
mudah curiga terhadap kehadiran orang asing. Karena kepekaannya terhadap bau
dan suara sangat baik, jindo merupakan anjing yang ideal untuk berburu. Pada
saat bertarung, kebiasaannya adalah tidak akan melepaskan gigitan pada tubuh
musuhnya.
Pada zaman Penjajahan Jepang, ada cerita terkenal tentang
seorang Jepang yang berhasil menangkap seekor harimau di Korea. Ia memasukkan 3
ekor jindo sebagai mangsa ke kandang harimau itu sebelum dibawa pulang ke
Jepang. Keesokan pagi, ia menemukan harimaunya mati dan 3 ekor jindo terluka
tapi masih hidup.
Di Korea Selatan, jindo dilindungi sebagai Monumen Alam pada
tahun 1962 demi melestarikan kemurnian rasnya.
0 komentar:
Posting Komentar